Komponen yang Dibutuhkan
Komponen-komponen
yang harus disiapkan untuk menerapkan pembelajaran berbasis TIK
yaitu: 1) Infrastruktur, 2) SDM, dan 3) Konten dan aplikasi.
1. Infrastruktur
Pengembangan
infrastruktur ICT pada lingkungan pendidikan di Indonesia sudah
dimulai sejak tahun 1995, juga tumbuhnya ICT Center disetiap
kabupaten/kota sejak tahun 2000, namun terlihat semakin
pesat sejak tahun 2006 dengan dikembangkannya Jejaring
Pendidikan Nasional (Jardiknas). Jejaring pendidikan nasional
adalah Wide Area Network (WAN) yang menghubungkan seluruh
kantor dinas pendidikan propinsi, kabupaten/kota,
sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Jejaring ini dibuat untuk
memperlancar dan mengoptimalkan arus komunikasi, data dan informasi
antar pelaksana pendidikan, sehingga data dan informasi menjadi lebih
optimal, lancar, transparan, efektif dan efisien.
Secara
umum, Jardiknas dapat dibagi menjadi 3 zona, yaitu: a) Zona Kantor
Dinas Pendidikan / Institusi, b) Zona Perguruan Tinggi, dan c) Zona
Sekolah.
Zona ini menghubungkan kantor-kantor dinas pendidikan propinsi, kabupaten/kota, PPPG, LPMP, Balai Bahasa, SKB dan institusi pendidikan lainnya. Jaringan pada zona ini diprioritaskan untuk implementasi transaksi on line Sistem Informasi Manajemen (SIM) Pendidikan.
Zona Perguruan Tinggi (Inherent)
Zona ini menghubungkan kantor-kantor dinas pendidikan propinsi, kabupaten/kota, PPPG, LPMP, Balai Bahasa, SKB dan institusi pendidikan lainnya. Jaringan pada zona ini diprioritaskan untuk implementasi transaksi on line Sistem Informasi Manajemen (SIM) Pendidikan.
Zona Perguruan Tinggi (Inherent)
Zona
ini menghubungkan perguruan tinggi yang ada pada 33 propinsi, dan
disebut juga dengan Inherent (Indonesia Higher Education Network)
Jaringan ini diprioritaskan untuk pelaksanaan riset dan
pengembangan perguruan tinggi, sehingga menggunakan bandwidth yang cukup
besar.
Zona Sekolah
Zona Sekolah
Zona
ini akan dikembangkan pada tahun 2007 dan menghubungkan 6500 sekolah
dengan menggunakan teknologi ADSL. Zona ini dikembangkan dalam area yang
terbatas oleh kemampuan layanan ADSL yang dapat dicapai oleh PT Telkom
2. Sumber Daya Manusia
Pengembangan
SDM juga dilakukan Depdiknas sejak dilakukan sosialisasi tentang
Internet pada tahun 1999. Sejak saat itu banyak
pelatihan ICT, antara lain: Pelatihan Internet, SMK TI,
Networking, Pelatihan Multimedia, Ketrampilan kompter dan
Pengelolaan Informasi, hingga Java Education National Network, serta
pelatihan Jardiknas. Selain pelatihan, juga banyak disiapkan
pendidikan formal untuk peningkatan kompetensi guru, diantaranya :
S2 Magister TI Terapan, D4 TI, S2 Game Teknologi , D3 TKJ dll.
Jardiknas
adalah jejaring besar di Indonesia yang diakui oleh Dewan ICT Nasional
sebagai salah satu dari 7 Flagship ICT Nasional. Untuk mendukung peran
Jardiknas sebagai super highway bagi e-Learning dan e-Administration
Pendidikan Nasional, maka kebutuhan SDM yang cakap dan kreatif dalam
mengembangkan bahan-bahan ajar berbasis ICT dan memutakhirkan Data Pokok
Pendidikan dari titik-titik sekolah (SchoolNet) ke titik Pusat di
Depdiknas Jakarta. Untuk itulah Biro PKLN memandang penting
diselenggarakannya program Pelatihan Program berbasis ICT ini untuk
mengenalkan Jardiknas kepada Kepala, Guru, Tata Usaha,
dan Pustakawan Sekolah/Madrasah yang diharapkan dapat memenuhi
kapasitas content e-Learning dan e-Administration serta
kesinambungan Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas).
3. Konten dan Aplikasi E-learning
a. Internet sebagai Media Pengajaran
Pemanfaatan
internet dalam dunia pengajaran akan membantu dunia
pengajaran meningkatkan kuantitas peserta didik. Akan semakin banyak
peserta didik yang dapat direngkuh melalui internet. Selain peningkatan
kuantitas, hal yang sama pun berlaku pada sisi kualitas. Seperti
disinggung diatas, peningkatan kuantitas peserta didik dapat
mendegradasi kualitas pengajaran yang diperolehnya. Pengadaan
teknologi internet, dapat menjadi salah satu antisipator
terhadap kemungkinan tersebut.
Titik
sentral pengajaran adalah hubungan antara pengajar dan peserta
didik. Pada metode pengajaran konvensional, hubungan antara pengajar
dengan peserta didik sangat erat, yang erat ini melibatkan fitrah
manusia sebagai manusia yang butuh sentuhan perasaan (empati)
dari pengajar dalam transfer pengetahuan. Oleh karena itu
kualitas pengajaran konvensional dikenal sangat baik dan mampu
menghasilkan manusia yang bukan hanya pandai, melainkan juga
terdidik. Sistem pengajaran semacam itu memang sangat baik. Akan tetapi
haruskah kita tetap bertahan pada pola lama tanpa melibatkan teknologi
di dalamnya?
Teknologi
internet mengemuka sebagai media yang multirupa. Komunikasi melalui
internet bisa dilakukan secara interpersonal (misalnya e-mail dan
chatting) atau secara massa, dikenal one to many communition
(misalnya mailing list). Internet juga mampu hadir secara real time
audio visual seperti pada metode konvensional dengan adanya aplikasi
teleconference.
Berdasarkan
hal tersebut maka internet sebagai media pengajaran mampu mengadakan
karakteristik yang khas, yaitu (1) sebagai media interpersonal dan
massa; (2) bersifat interaktif; (3) memungkinkan komunikasi secara
sinkron maupun ansinkron (tunda). Karakteristik ini
memungkinkan peserta didik melakukan komunikasi dengan sumber ilmu
secara lebih luas jika dibandingkan dengan hanya menggunakan media
konfensional.
TI
menunjang peserta didik yang mengalami keterbatasan ruang dan waktu
untuk tetap bisa menikmati pengajaran. Metode talk and chalk,
nyantri, usrah dapat dimodifikasi dalam bentuk komunikasi melalui
e-mail, (mailing list). Metode ini mampu menghilangkan gap antara pakar
dan peserta didiknya. Suasana yang hangat dan nonformal pada mailing
list ternyata menjadi cara pembelajaran yang efektif seperti peda metode
usrah.
Berdasarkan
uraian diatas, bisa dikatakan bahwa internet bukanlah
pengganti sistim pengajaran. Kehadiran internet lebih bersifat
suprementer dan pelengkap. Metode konvensional tetap diperlukan, hanya
saja bisa dimodifikasi kebentuk lain. Metode talk and chalk
mengalami modifikasi menjadi online conference. Metode nyantri
dan usrah mengalami modifikasi menjadi diskusi melalui
mailling list.
b. Web Portal Belajar dan Distance Learning
Tahap
awal pemanfaatan internet dalam pengajaran berbentuk model Web Portal
Belajar. Model ini menggunakan internet sebagai penunjang peningkatan
kegiatan belajar mengajar dikelas. Jadi, peningkatan kualitas
pengajaran masih sangat mengutamakan tatap muka dikelas. Model Web
Portal Belajar menjadikan internet sebagai penyedia sumber belajar yang
bisa diakses secara online. Internet juga menjadi sarana bagi peserta
didik untuk meningkatkan komunikasi, baik sesama peserta didik, peserta
didik dengan pengajar, atau peserta didik dengan kelompok lain
diluar institusi sekolah. Model ini meningkatkatkan kualitas
pengajaran yang diberikan diruang kelas karena terdapat pengayaan
materi, baik yang berasal dari kegiatan tatap muka dikelas maupun yang
ada di internet. Apabila pihak institusi pengajaran telah mampu
menerapkan model Web Portal Belajar maka institusi bisa mengembangkan
ke tahap selanjutnya yang disebut pembelajaran jarak jauh / distance
learning, pengajar dan peserta didik terpisah oleh waktu dan ruang.Walau
demikian, diskusi masih bisa dilaksanakan, baik secara sinkron
maupun asinkron. Seluruh kegiatan pengajaran dilakukan melalui
internet sehingga kegiatan tatap muka secara fisik tidak diperlukan.
Dalam distance learning, internet bukan hanya berperan sebagai
pendukung kegiatan pengajaran,melainkan juga faktor utama yang
menentukan jalannya pengajaran. Bagaimana tidak ? Tanpa koneksi
internet maka pengajaran tidak akan dapat berjalan.
c. Aplikasi Internet untuk eLearning
Internet
menyediakan banyak kemudahan bagi dunia pengajaran. Sebenarnya, suatu
institusi yang akan mengadakan pengajaran online tidak perlu
susah-susah membangun perangkat lunak untuk e-learning yang
dibutuhkannya. Telah tersedia berbagai pilihan aplikasi yang bisa
dimanfaatkan demi memperlancar jalannya proses pengajaran. Pilihan
aplikasi yang tersedia sangat beragam, mulai yang gratis (di bawah open
source project) hingga komersial (dibawah vendor tertentu). Ketika
memutuskan utuk menerapkan distance learning, yang harus dilakukan
pertama kali adalah memahami model CAL+CAT (Computer
Assisted Learning+Computer Assisted Teaching) yang akan
diterapkan. Beberapa model CAL+CAT, diantaranya adalah :
1. Learning Management System (LMS)
LMS
merupakan kendaraan utama dalam proses pengajaran dan pembelajaran.
Kumpulan perangkat lunak yang ada didesain untuk pengaturan pada tingkat
individu, ruang kuliah, dan institusi. Karakter utama LMS adalah
pengguna yang merupakan pengajar dan peserta didik, dan keduanya harus
terkoneksi dengan internet untuk menggunakan aplikasi ini.
2.
Computer Based Training (CBT) / Course Authoting Package (CAP). CBT
adalah perangkat lunak online untuk proses pembelajaran secara local
pada masing-masing computer peserta didik. Perangkat lunak ini juga bisa
diterapkan secara online. Kebanyakan pengguna menggunakannya secara
offline karena faktor bandwith yang dibutuhkan CBT untuk memproses
large video. CAP adalah perangkat lunak untuk mengembangkan lunak CBT.
3. Virtual Laboratory
ViLAB
adalah lingkungan dimana peserta didik dapat memperoleh
pengalaman praktis secara maya/virtual . ViLAB umumnya dipasang
secara offline pada masing-masing komputer peserta didik, namun sat ini
sudah banyak aplikasi online.
Fungsi TIK dalam Pembelajaran
Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) memiliki dua fungsi utama yang digunakan
dalam kegiatan pembelajaran yaitu meliputi: 1) Teknologi berfungsi
sebagai alat (tool), yaitu alat bantu bagi pengguna (user) atau siswa untuk membantu pembelajaran, misalnya dalam mengolah kata, mengolah angka, membuat unsur grafis, membuat data base,
membuat program administratif untuk siswa, guru, dan staf, data
kepegawaian, keuangan, dan sebagainya, 2) Teknologi berfungsi sebagai
ilmu pengetahuan (science). Dalam hal ini teknologi sebagai
bagian dari disiplin ilmu yang harus dikuasai oleh siswa, misalnya dalam
pembelajaran di sekolah sesuai kurikulum 2006 terdapat mata pelajaran
TIK sebagai ilmu pengetahuan yang harus dikuasai siswa semua
kompetensinya.
Manfaat TIK dalam Pembelajaran
Menurut pemanfaatannya, TIK di dalam pendidikan dapat dikategorisasikan menjadi 4 (empat) kelompok manfaat.
1. TIK sebagai Gudang Ilmu Pengetahuan
Dalam
kelompok ini TIK dimanfaatkan sebagai sebagai Referensi Ilmu
Pengetahuan Terkini, Manajemen Pengetahuan, Jaringan Pakar Beragam
Bidang Ilmu, Jaringan Antar Institusi Pendidikan, Pusat Pengembangan
Materi Ajar, Wahana Pengembangan Kurikulum, dan Komunitas Perbandingan
Standar Kompetensi.
2. TIK sebagai Alat bantu Pembelajaran
Dalam
dalam kelompok ini sekurang-kurangnya ada 3 fungsi TIK yang dapat
dimanfaatkan sehari-hari di dalam proses belajar-mengajar, yaitu (1) TIK
sebagai alat bantu guru yang meliputi: Animasi Peristiwa, Alat Uji
Siswa, Sumber Referensi Ajar, Evaluasi Kinerja Siswa, Simulasi Kasus,
Alat Peraga Visual, dan Media Komunikasi Antar Guru. Kemudian (2) TIK
sebagai Alat Bantu Interaksi Guru-Siswa yang meliputi: Komunikasi
Guru-Siswa, Kolaborasi Kelompok Studi, dan Manajemen Kelas Terpadu.
Sedangkan (3) TIK sebagai Alat Bantu Siswa meliputi: Buku Interaktif ,
Belajar Mandiri, Latihan Soal, Media Illustrasi, Simulasi Pelajaran,
Alat Karya Siswa, dan media Komunikasi Antar Siswa.
3. TIK sebagai Fasilitas Pembelajaran
Dalam
dalam kelompok ini TIK dapat dimanfaatkan sebagai: Perpustakaan
Elektronik, Kelas Virtual, Aplikasi Multimedia, Kelas Teater Multimedia,
Kelas Jarak Jauh, Papan Elektronik Sekolah, Alat Ajar
Multi-Intelejensia, Pojok Internet, dan Komunikasi Kolaborasi Kooperasi
(Intranet Sekolah).
4. TIK sebagai Infrastruktur Pembelajaran
Dalam
dalam kelompok ini TIK kita temukan dukungan teknis dan aplikatif untuk
pembelajaran – baik dalam skala menengah maupun luas – yang meliputi:
Ragam Teknologi Kanal Distribusi, Ragam Aplikasi dan Perangkat Lunak,
Bahasa Pemrograman, Sistem Basis Data, Komputer Personal, Alat-Alat
Digital, Sistem Operasi, Sistem Jaringan dan Komunikasi Data, dan
Infrastruktur Teknologi Informasi (Media Transmisi). Berangkat dari
optimalisasi pemanfaatan TIK untuk pembelajaran tersebut kita berharap
hal ini akan memberi sumbangsih besar dalam peningkatan kualitas SDM
Indonesia yang cerdas dan kompetitif melalui pembangunan masyarakat
berpengetahuan (knowledge-based society). Masyarakat yang tangguh karena
memiliki kecakapan: (1) ICT and media literacy skills), (2) critical
thinking skills, (3) problem-solving skills, (4) effective communication
skills, dan (5) collaborative skills yang diperlukan untuk mengatasi
setiap permasalahan dan tantangan hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar